Monday, May 14, 2018

TAN LIONG HOUW PEMAIN LEGENDARIS PERSIJA

TAN LIONG HOUW 





Tan Liong Houw yg berdarah Tionghoa dengan nama pribumi, Latief Harris Tanoto, sebagai pemain khusus dalam perjalanan panjang Persija. Tan Liong Houw yg besar di Jakarta sebagai satu diantara legenda club yg disayangi pendukung Tim Macan Kemayoran pada jamannya.


Tan Liong Houw muda meningkatkan bakat sepak bolanya lewat club Chung Hua atau yg saat ini di kenal dengan nama PS Tunas Jaya. Bakat sepak bolanya lahir dari ayahnya yang pembesar club Chung Hua, yaitu Tan Chin Hoat.


Juga akan namun, tidak sama dengan ayahnya yg ahli jadi pemain bek kiri, pesepak bola kelahiran lahir di Surabaya, 26 Juli 1930 itu, pilih untuk jadi seseorang gelandang. Kebolehannya jadi pengontrol kompetisi tak perlu diragukan sekali lagi, karna dalam umur yg cukup muda, Tan Liong Houw mampu jadi pemimpin tim Persija dan Indonesia.


Yang unik, Tan Liong Houw miliki keunikan yg mudah dikenali. Hal itu nampaknya alami penurunan dari sang bapak. Jika Chin Hoat cinta mengalungkan handuk di pundaknya waktu bermain, jadi Tan Liong Houw juga senantiasa mengikatkan handuk di tangan kirinya. Begitu, pemirsa juga mengetahui Tan Liong Houw di lapangan dari penampilannya.

CERITA PERCINTAAN TAN LIONG HOUW 




Cerita percintaan Tan Liong Houw dengan Persija dimulai waktu Chung Hua mengambil keputusan keluar dari perkumpulan Voetballbond Batavia en Omstraken (VBO) serta pilih masuk ke Persija pada th. 1951.


Dengan dengan UMS dan BBSA, Chung Hua jadi pelopor club anggota VBO yg menyeberang ke Persija. Hal itu tentubukan ketentuan yg gampang, mengingat VBO serta VIJ (nama sebelum saat Persija) acapkali beradu gengsi dalam soal pertandingan di Tanah Betawi.


Namun, masuknya Chung Hua, UMS serta BBSA jadi keuntungan sendiri untuk Persija. Supply pemain berkwalitas dari pertandingan VBO jadi senjata paling utama Persija di pertandingan PSSI sesudah masa awal kemerdekaan Republik Indonesia.


Tan Liong Houw muda juga dan merta masuk kedalam tim Persija lewat club Chung Hua. Dengan Wim Pie, Tan Liong Houw jadi wakil club etnis Tionghoa yg bermarkas di Taman Sari itu di Persija.


Bermodal type permainannya yg berani, sanggup menelusuri ke tiap tiap ruang serta bernafas seperti kuda, Tan Liong Houw juga didapuk jadi pemimpin Persija di lapangan. Hadirnya Tan Liong Houw jadi kapten jadi lambang kemenangan Chung Hua atas lawan abadinya, UMS, yg banyak pula memasok pemain untuk Persija.


Dari type bermainnya itu, pendukung Persija masa itu juga jatuh cinta dengan Tan Liong Houw. Pendukung Persija juga berikan julukan Macan Betawi atau Macan Jakarta. Julukan yg sangatlah khusus, karna dengan etnis Tan Liong Houw tidaklah orang Betawi.

PESEPAK BOLA LEGENDARIS




Tan Liong Houw menyumbangkan titel juara Perserikatan untuk Persija pada th. 1954. Saat itu Persija bertemu PSMS Medan. Dalam final yg termasuk keras itu, Tan Liong Houw bermain apik dengan jadi pengatur permainan Persija.


Selepas lesakan gol dari Van der Berg serta Kwee Hong Sing, Tim Ayam Kinantan walk out menampik menambahkan kompetisi karna terasa pertandingan jalan sangatlah keras serta wasit tidak tegas.


Lepas dari pro-kontra yg mencuat pada partai puncak, Tan Liong Houw sukses membawa Persija berpesta di Stadion Ikada sesudah pada tahun-tahun terlebih dulu tidak berhasil mencapai titel juara.


Debut Tan Liong Houw di Timnas Indonesia juga tidak kalah mentereng. Dengan Tim Garuda, Tan Liong Houw sempat rasakan menahan tim kuat dunia, Uni Soviet, 0-0 di Olimpiade Melbourne 1956.


Bahkan juga, dianya sendiri memberikan titel juara untuk Indonesia dalam pergelaran Merdeka Games th. 1961 di Malaysia.


Yang menarik, Tan Liong Houw jadi pemain paling senior di Tim Merah-Putih. Ia didaulat jadi kapten tim yg waktu itu banyak di isi pemain dari Persib Bandung, seperti : Wowo, Rukma, atau Fattah Hidayat.


Sayangnya, Tan Liong Houw tidak berhasil berprestasi di pengujung karirnya dengan timnas. Ia tidak berhasil memperoleh medali di arena terakhirnya dengan Indonesia pada Asian Games 1962.

Sunday, May 6, 2018

SANG LEGENDA SOETJIPTO SOENTORO

SOETJIPTO SOENTORO SANG LEGENDA YANG TERLUPAKAN





PERSIJA JAKARTA - Namanya mungkin saja tidak segemilang striker Kurniawan Dwi Yulianto atau Bambang Terakhir yang demikian populer di masa moderen. Tetapi striker legendaris Indonesia bernama Soetjipto Soentoro-lah yang mempunyai jumlah gol paling banyak dibanding dua nama awal.


Berposisi jadi striker lubang atau penyerang bayangan serta mempunyai badan gempal tidak buat jumlah gol Soetjipto kalah daripada striker, malah ia mempunyai jumlah gol paling banyak di Timnas Indonesia dengan 57 gol dari 68 pertandingan yang dijalani (termasuk juga pertandingan tidak resmi FIFA). 


PEMAIN TERSUBUR 



Soetjipto Soentoro lahir di Bandung, Jawa Barat 16 Juni 1941 serta wafat pada 12 November 1994 di Jakarta. Ia di kenal jadi one man club, yakni bersama-sama Persija Jakarta. Walaupunpun satu tahun sesudahnya berhimpun bersama-sama PSMS Medan sebelumnya pensiun awal di usia 29 th. sehabis tidak berhasil beroleh tujuan empat besar di Asian Games 1970.


'Gareng' sapaan akrab dari Soetjipto besar di club Persija Jakarta. Gareng bermain utk scuad Macan Kemayoran pada 1964 sampai 1970. Tetapi, Soetjipto mulai sejak 1957 telah jadi sisi tim junior Persija waktu berumur 16 th.. 





Prestasi Gareng yang lain yakni jumlah sumbangan gol paling banyak utk Timnas Indonesia waktu scuad Garuda berperan serta di Merdeka Games 1969, pertandingan yang memperingati hari kemerdekaan Malaysia. Pemain bernomor punggung 10 di Persija itu cetak delapan gol pada kemenangan Indonesia dengan score 9-1 atas Singapura pada 7 November 1969.



Atas raihan jumlah gol bersama-sama Timnas Indonesia ini buat Soetjipto masuk deretan pemain top dunia yang cetak lebih dari 50 gol bersama-sama timnas negaranya versus portal berolahraga berbasiskan di Amerika Serikat, Bleacher Report pada th. waktu lalu.


Tersebut 5 pemain yang mempunyai jumlah gol teratas di Timnas Indonesia :



1. Soetjipto Soentoro : 57 gol 68 laga

2. Bambang Terakhir : 36 gol 77 laga

3. Kurniawan Dwi Yulianto : 31 gol 60 laga

4. Rochy Putiray : 17 gol 41 laga

5. Budi Sudarsono : 16 gol 46 pertandingan

LAHIRNYA AREMANIA

SEJARAH LAHIRNYA AREMANIA


PERSIJA JAKARTA - Jauh saat sebelum Aremania lahir, yaitu pada th. 1960-an, warga kota Malang, yang notabene mempunyai ciri-khas keras serta tidak ingin kalah dalam persaingan perebutan, banyak membuat geng - umumnya di isi oleh pengangguran yang tidak miliki wadah berekspresi. Hal itu lalu menjamur serta menyebabkan persaingan perebutan yang tidak ada habisnya. Bahkan juga, semasing geng sama-sama beradu kemampuan untuk mempertandingkan lokasi kekuasaan.




Walau sukses diminimalkan dengan dibuatnya club Arema Malang oleh mendiang H. Acub Zaenal serta anaknya, mendiang Ir. Lucky Acub Zaenal, atau yang umum disapa Sam Ikul, pada 11 Agustus 1987, tetapi banyak oknum-oknum yang masih buat kericuhan. Menariknya, kericuhan-kericuhan itu memanglah tidak sekali lagi berjalan di beberapa tempat didalam kota Malang yang umum jadikan ‘medan perang’ untuk beberapa gangster, walau demikian cuma berpusat di Stadion Gajayana saja. 


KELOMPOK SUPORTER 



Ketika itu, pemerintah memanglah mulai memberlakukan beberapa Ketentuan Daerah, dan lebih merapikan tata kota di kota Malang maka tawuran di jalanan mulai dapat ditekan. Tersebut kenapa kelompok-kelompok yang eksis pada era itu lalu memusatkan ‘kegiatan’ mereka di stadion yang terdapat di tengahnya kota itu. Bahkan juga, saat Singo Edan bertanding, seringkali beberapa supporter – atau lebih pasnya geng – sama-sama mengusahakan tunjukkan dominasinya yang seringkali menyebabkan pada kerusuhan. 






Melihat kendala ini, Sam Ikul mengambil keputusan untuk membuat satu basis supporter untuk mewadahi beberapa supporter Arema. Maka pada th. 1988 lahirlah Arema Fans Club (AFC) jadi wadah supporter Arema yang dikelola segera oleh pihak club serta diketuai sendiri oleh Sam Ikul. Sayang, AFC kurang memperoleh tanggapan positif dari pecinta karna beberapa argumen, salah nya ialah karna AFC dinilai sangat eksklusif. Dengan beragam argumen, pada th. 1994, AFC juga dibubarkan.


Selepas itu, praktis supporter Arema kembali kehilangan jatidiri. Namun kondisi itu dapat cepat terselesaikan dengan timbulnya Aremania jadi jatidiri baru untuk beberapa supporter. Lucunya, tdk di ketahui siapa yang berikan inspirasi tentang nama Aremania – dapat dikatakan tampil dengan cara spontan karna jatidiri ini memanglah tampil demikian saja.


Walau tdk berupa jadi organisasi yang pasti, sistim Koordinator Wilayah (Korwil) yang digunakan oleh AFC dimanfaatkan Aremania biar tiap-tiap daerah masih terorganisir dengan baik. Tidak ada aplikasi pimpinan (ketua) dalam susunan Aremania juga nyatanya tidak dan merta buat Aremania berantakan – beberapa Arek Malang nyatanya dapat masih searah dibawah nama Aremania walau dengan pemikiran yang berlainan.


MENYATUKAN MALANG



Seiring waktu berjalan serta dengan semakin patennya nama Aremania jadi jatidiri, beberapa pecinta Arema mulai meninggalkan kesan brutal yang menempel cukup lama. ‘Lahirnya’ Aremania buat beberapa supporter lebih menjunjung kreatifitas dalam mensupport dan kesetiaan pada kesebelasan yang mereka dukung sampai kini. 





Terbukti dengan beberapa titel supporter paling baik yang digapai oleh Yuli Sumpil serta rekan-rekan Aremania beda, termasuk juga salah satunya titel supporter paling baik Ligina VI (2000), supporter paling baik Copa Dji Sam Soe (2006) serta supporter paling baik Piala Jenderal Sudirman (2016).

LOGO PERSIJA

ARTI LOGO PERSIJA 


PERSIJA JAKARTA - Persija (singkatan dari Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta) yaitu satu club sepak bola Indonesia yang berbasiskan di Jakarta. Persija sekarang ini bertanding di Liga Super Indonesia.




Persija Jakarta


Persija dibangun pada 28 November 1928, pas satu bulan sesudah Sumpah Pemuda, dengan cikal akan bernama Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ). VIJ adalah diantara club yang turut membangun Persatuan sepak bola Semua Indonesia (PSSI) dengan keikutsertaan wakil VIJ, Mr. Soekardi dalam pembentukan PSSI di Societeit Hadiprojo Yogyakarta, Sabtu-19 April 1930. 






Klub ini beroleh perhatian yang besar dari Bekas Gubernur Jakarta, Sutiyoso sebagai Pembina Persija. Grup pendukungnya bernama The Jakmania.

Sejarah Persija Jakarta 





Pada era Hindia Belanda, nama awal Persija yaitu VIJ (Voetbalbond Indonesische Jacatra). Pasca-Republik Indonesia kembali pada bentuk negara kesatuan, VIJ berubah nama jadi Persija (Persatuan sepak bola Indonesia Jakarta). Pada sementara itu, NIVU (Nederlandsch Indisch Voetbal Unie) menjadi organisasi tandingan PSSI masih tetap ada. Di bagian beda, VBO (Voetbalbond Batavia en Omstreken) menjadi bond (perserikatan) tandingan Persija juga masih tetap ada. 






Lepas dari takdir atau bukan hanya, bersamaan dengan berdaulatnya negara Indonesia, NIVU harus mesti bubar. Mungkin juga karna dengan sosial politik udah tdk kondusif (mensupport). Situasi itu pada akhirnya merembet ke anggotanya, diantaranya VBO. Pada pertengahan th. 1951, VBO membuat pertemuan untuk membubarkan diri (likuidasi) serta menyarankan dianya untuk gabung dengan Persija.






Dalam perubahannya, VBO gabung ke Persija. Dalam turnamen segitiga persahabatan, paduan pemain bangsa Indonesia yang tergabung dalam Persija " baru " itu bertemu dengan Belanda serta Tionghoa. Inilah akhirnya : Persija (Indonesia) vs Belanda 3-3 (29 Juni 1951), Belanda vs Tionghoa 4-3 (30 Juni 1951), serta Persija (Indonesia) vs Tionghoa 3-2 (1 Juli 1951). Semuanya kompetisi berjalan di lapangan BVC Merdeka Selatan, Jakarta.

Thursday, May 3, 2018

AWAL MULA THE JACK vs BOBOTOH

AWAL MULA PERMUSUHAN THE JACK DAN BOBOTOH


PERSIJA JAKARTA - Perbincangan Banyak yang tidak paham serta menanyakan, bagaimana sesungguhnya permusuhan Viking dengan the jak berawal. Kenapa muncul rasa tidak suka dalam benak semasing dari mereka. Sampai saat ini, keduanya masih tetap saja bersiteru. Bahkan juga makin meruncing. 


Pemicunya remeh serta manusiawi, rasa iri. Iri hati serta sirik berikut yang buat keduany... a bermusuhan. Rentang saat 1985 sampai 1995 merupakan masa keemasan Persib. Sesaat Viking yang berdiri th. 1993 demikian setia mensupport club kebanggaan warga Jawa Barat itu. Dimana saja Persib bermain, di sana tentu ada Viking. Termasuk juga andaikata bermain di Jakarta. Semuanya jadi lautan biru. 





Berikut yang buat anak muda ibukota iri. Selain kejayaan Persib masa itu, kesetiaan Viking buat hati mereka panas. Saat itu muda-mudi betawi baru sanggup membuat kolompok kecil bernama Persija Fans Club. Walau bagaimanapun, kebesarkepalaan mereka sangatlah jadi. Sampai terjadi insiden di stadion Menteng. Saat Persija menjamu Maung Bandung pada Liga Indonesia ke-2. Viking membirukan Ibukota dengan lebih kurang 9000 anggotanya. 


Sesaat Persija Fans Club 



cuma sejumlah tidak lebih dari 1000 orang. Rupanya bocah-bocah betawi itu tidak ikhlas kandangnya dikuasai pendukung kota beda. Mereka juga buat tingkah. Seolah lupa jumlah mereka tidak lebih dari 10% anak-anak Bandung. 





Sampai pada akhirnya, mereka memperoleh mengakibatkan. Dengan jumlah yang cuma satu tribun VIP, lemparan batu diarahkan Viking pada lokasi mereka memirsa. Serta itu dikerjakan Viking di Jakarta. Hal yg tidak berani dikerjakan bocah Jakarta di Kota Kembang.


Singkat narasi, pada th. 1997, muda-mudi ibukota ikutan membuat perkumpulan pendukung. Mereka menamakannya the jakmania. Kebodohan the jak terekspos keseluruh negeri disaat mereka tidak berdaya hadapi Viking dalam kuis Siapa Berani. Kuis yang menguji pikiran serta kapabilitas berfikir. Itu menjadi edisi teristimewa kuis Siapa Berani, edisi pendukung sepak bola. 


Mendatangkan Viking, the jak, Pasoepati (Solo), Aremania, serta ASI (Asosiasi Suporter Indonesia). Pemenangnya, Viking. Perwakilan Viking sukses melalui set bonus serta memiliki hak atas uang tunai 10 juta rupiah. Seperti rata-rata, rasa iri dari the jak terlihat. Malu ditaklukkan di kotanya sendiri, ketua the jak selagi itu, Ferry Indra Syarif memukul Ali, seseorang Viker sebagai pemenang kuis. Sungguh perbuatan yg tidak layak dikerjakan oleh seseorang ketua. Ketuanya saja demikian, terlebih anak buahnya?


Peristiwa itu berlangsung di kantin Indosiar, disaat dilangsungkannya acara pemberian hadiah. Kontan keributan pernah berlangsung, tetapi sukses diatasi. Kesirikan the jak tidak hingga disitu. Mereka menghambat rombongan Viking dalam perjalanan pulang menuju Bandung, persisnya di pintu tol Tomang. 


Anak-anak Bandung yang sejumlah 60 orang pulang dengan memakai dua mobil Mitsubishi Colt punya Indosiar serta satu mobil Dalmas punya kepolisian. Ke-3 mobil ini dihadang satu Carry abu-abu. Dua lolos, tetapi nahas untuk salah satunya Mitsubishi Colt yang ditumpangi beberapa anggota Viking. Mobil itu terjebak gerombolan the jak. Kontan, mobil dirusak, Viking disiksa, serta uang beberapa pendukung pangeran biru itu juga dijarah. 


Termasuk juga handphone serta dompet mereka. Tercatat sembilan anggota Viking alami luka-luka. Tiga salah satunya terluka kronis. Tetapi sayang, pihak kepolisian lamban dalam menuntaskan masalah ini. Termasuk juga dalam menangkap the jak yang merampok serta menganiaya anggota 




Viking Persib Club.



Sampai sekarang ini konflik ke-2 grup pendukung itu masih tetap selalu berlanjut. Viking, yang miliki anggota paling banyak di Indonesia, miliki kreativitas tinggi, dapat dibuktikan dengan julukan “Bandung kota model, musik, serta seniman” (bahkan juga the jak juga berbelanja ke Bandung), dengan the jak yang miliki title kota ibukota. Entah kapan ini selesai…


Menarik sekali mengulas pertemuan Persib serta Persija karna dua club ini menjadi dua club legendaris serta miliki histori besar mulai sejak jaman Perserikatan dahulu. Aroma classic serta dendam senantiasa memberikan warna kompetisi ini. Mungkin saja tensi kompetisi ini sama dengan Inter vs Juventus di Serie-A atau Barcelona vs Real Madrid di La Liga.



Bicara berkenaan club, pasti tidak terlepas dari supporter. Ini yang cukup menarik. The Jak serta Viking mulai sejak dahulu senantiasa bersiteru didalam serta luar lapangan. Teror terhadap pemain Persib serta Persija senantiasa berlangsung tiap-tiap ke-2 tim itu bermain di Bandung maupun Jakarta. Benturan antar ke-2 kubu seringkali berlangsung. 


Bagaimana semula perseturuan ke-2 kubu itu berasal?? Ada bermacam versus. Baca saja komen-komen dibawah. Saya juga bingung jadinya. Viking menyalahkan The Jak, The Jak menyalahkan Viking.


Hmmm.. apakah cuma Viking musuh The Jak? Sesudah saya “berjalan-jalan” didunia maya nyatanya bukan cuma Viking yang membenci The Jak. Bonek, La Viola, Persipura mania, kabomania, bahkan juga North Jak yang sekota dengan The Jak juga begitu membenci supporter oranye itu.. Mungkin saja ini salah satunya alas an viking membenci the jak?? Dapat disebut musuh the jak sobat viking, sahabta The Jak bermakna musuhnya Viking. 


Ditambah sekali lagi ada film Romeo-Juliet yang kontroversial malah jadi parah permusuhan The Jak serta Viking. Patutkah Kebencian Ini selalu ada??? Rasanya memanglah susah menghapuskan luka serta dendam yang telah ada. Memanglah permusuhan itu mesti masih ada tapi cuma hanya di lapangan. 


Lihatlah Barcelonista serta Madridista, permusuhan mereka cuma di lapangan maupun hanya di situs, cuma sama-sama ejek. Tidak sempat ada bentrok fisik, supporter dapat datang ke Madrid atau Barcelona. Tidak sempat ada benturan. Atau saksikan pada Milanisti serta Interisti. 


Saat Milan tidak lolos Liga Champions, Interisti begitu senang serta menghina AC Milan. Saat musim ini Milan tanpa ada titel, Interisti membentangkan spanduk Milan Merda (merda= ejekan bhs Italia) dan Zero Tituli (0 titel) untuk menghina Milan bukan hanya menghina Milanisti. Tapi mereka masih dapat hidup rukun dalam satu kota. Bahkan juga selagi derby berjalan tidak sering sekali sada benturan. Ke-2 supporter dapat memirsa dengan tenang. 


Kenapa demikian? Karna diluar negeri berlainan dengan disini. Di saana yang dibenci klubnya, jika disini yang dibenci suporternya. Interisti membenci AC Milan serta Juventus tapi tidak membenci Milanisti serta Juventini. Dapat dilihat di FB juga ada kelompok anti Juventus serta antiMilan bukan hanya anti Milanisti maupun anti juventini.

SEJARAH PERSIJA

SEJARAH SEPAK BOLA PERSIJA DI INDONESIA


PERSIJA JAKARTA - Persija (singkatan dari Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta) merupakan satu club sepak bola Indonesia yang berbasiskan di Jakarta yang dibangun pada 28 November 1928, dengan cikal akan bernama Voetbalbond Indonesish Jakarta (VIJ). VIJ adalah diantara satu club yang turut membangun Persatuan sepak bola Semua Indonesia (PSSI) dengan keikutsertaan wakil VIJ, Mr. Soekardi dalam pembentukan PSSI di Societeit Hadiprojo Yogyakarta, Sabtu 19 April 1930.






Pada jaman Hindia Belanda, nama awal Persija merupakan VIJ (Voetbalbond Indonesische Jacatra). Pasca-Republik Indonesia kembali pada bentuk negara kesatuan, VIJ bertukar nama jadi Persija (Persatuan sepak bola Indonesia Jakarta). Ketika itu, NIVU (Nederlandsch Indisch Voetbal Unie) jadi organisasi tandingan PSSI masih tetap ada. Di bagian beda, VBO (Voetbalbond Batavia en Omstreken) jadi bond (perserikatan) tandingan Persija juga masih tetap ada.


Sebelumnya perang, orang Belanda di Jakarta membuat beragam perkumpulan olah raga sepak bola. Salah satu perkumpulan yang populer merupakan Voetbalbond Indische Omstreken Sport (VIOS). Mereka mempunyai lapangan berlatih sendiri di Viosveld (lapangan Vios), yang saat ini di kenal dengan nama Stadion Menteng.


Untuk yang belum juga tahu, lapangan ini terdapat dijalan HOS Cokroaminoto no. 87 saat ini. Setelah kemerdekaan lapangan Vios digunakan oleh PERSIJA (Persatuan sepak bola Jakarta). Persija dibangun pada th. 1928, dengan cikal akan bernama Voetbalbond Indonesish Jakarta (VIJ). Lapangan berlatih waktu itu dilapangan VIJ Petojo.


Lepas dari takdir atau bukanlah, bersamaan dengan berdaulatnya negara Indonesia, NIVU harus mesti bubar. Mungkin saja juga karna dengan sosial politik udah tidak kondusif (mensupport). Situasi itu pada akhirnya merembet ke anggotanya, diantaranya VBO. 


Pada pertengahan th. 1951, VBO membuat pertemuan untuk membubarkan diri (likuidasi) serta menyarankan dianya untuk gabung dengan Persija. Dalam perubahannya, VBO gabung ke Persija. Dalam turnamen segitiga persahabatan, paduan pemain bangsa Indonesia yang tergabung dalam Persija “baru” itu bertatapan dengan Belanda serta Tionghoa, tersebut akhirnya : 


Persija (Indonesia) vs Belanda 3-3 (29 Juni 1951)

Belanda vs Tionghoa 4-3 (30 Juni 1951)

Persija (Indonesia) vs Tionghoa 3-2 (1 Juli 1951).

Semua kompetisi berjalan di lapangan BVC Merdeka Selatan, Jakarta.


Lapangan Persija di Menteng, Jakarta Pusat, mungkin saja diantara satu diantara lapangan sepakbola tertua di Jakarta. Dibuat pada 1920′an oleh Voetbalbond Indische Omstreken Sport (VIOS). VIOS merupakan nama club sepakbola Belanda di Batavia, sampai lapangan ini pada waktu penjajahan Belanda disebut Viosveld atau lapangan Vios. 






Didirikannya lapangan ini waktu banyak berdatangan warga Belanda ke Indonesia diikuti keluarga. Di Indonesia, orang Belanda baik indo atau totok, di kenal hilang ingatan bola. Sejak era ke-19 bangsa Indonesia udah mengetahui sepakbola. 


Pramudya Ananta Toer dalam buku ‘Bumi Manusia’ bercerita cerita beberapa pelajar HBS (seperti SMA saat ini) di Surabaya waktu memperingati pelantikan Ratu Wilhelmina (nenek Ratu Beatrix saat ini), pada 6 September 1898 dengan kompetisi sepakbola.


Keberadaan lapangan VIOS saat itu merupakan diantara satu tempat konpetisi antarklub-klub di Jakarta. Karna kesebelasan UMS mempunyai stadion di Petak Sinkian, Jakarta Barat. Chunghua di lokasi yang sama Taman Sari, Hercules di Deca Park (Monas), BVC mempunyai lapangan di selatan Monas, serta Persija saat itu mempunyai Lapangan di VIJ, Petojo. 


Jadi lapangan VIOS, saat itu adalah satu diantara banyak lapangan di Jakarta yang dipunyai oleh perkumpulan sepakbola di Jakarta. Seperti juga kesebelasan-kesebelasan di Liga Eropa. 


Seperti Stadion Della Alpi di Kota Turin, punya Juventus. Stadion Stamford Bridge di Loncdon punya Chelsea. Stadion Highbury punya Arsenal di London, Old Trafford, stadion punya MU di Manchester, serta Guisepe Meazza, stadion punya Inter Milan di Kota Milan.


Kembali ke sepakbola di Hindia Belanda (sebutan Indonesia saat itu), beberapa orang Belanda di Indonesia pada th. 1918 membuat Nederlandsch Indcie Voetbal Bond (NIVB) yang membawahi bond-bond yang beberapa pemainnya didominasi warga Belanda. 


Anggota-anggotanya dilarang bermain dengan perkumpulan sepakbola Inlander. Pengucapan inlander adalah penghinaan, begitu menyakitkan bangsa Indonesia. Jadi rasa nasionalis dibidang berolahraga (sepakbola), pada 1928 bertepatan dengan th. Sumpah Pemuda, berdiri Voetballbond Indonesia Jakarta (VIJ). VIJ pada 1950 jadi Persija.





Prestasi Persija (Nasional)


Perserikatan :

* Th. 1931, Juara Perserikatan, jadi VIJ Jakarta (1)

* Th. 1933, Juara Perserikatan, jadi VIJ Jakarta (2)

* Th. 1934, Juara Perserikatan, jadi VIJ Jakarta (3)

* Th. 1938, Juara Perserikatan, jadi VIJ Jakarta (4)

* Th. 1964, Juara Perserikatan (5)

* Th. 1973, Juara Perserikatan (6)

* Th. 1975, Juara Perserikatan, dengan PSMS Medan (7)

* Th. 1977, Juara Perserikatan (8)

* Th. 1979, Juara Perserikatan (9)

* Th. 1990, Posisi Ke-10 Perserikatan


Liga Indonesia : 



* Th. 1994, Posisi Ke-18 Divisi Paling utama Wilayah Barat

* Th. 1995, Posisi Ke-13 Divisi Paling utama Wilayah Barat

* Th. 1996, Posisi 11 Wilayah Barat

* Th. 1998, Semifinalis

* Th. 1999, Semifinalis

* Th. 2001, Juara Liga Indonesia (10)

* Th. 2002, 8 Besar Liga Bank Mandiri

* Th. 2003, Posisi 8 Liga Bank Mandiri

* Th. 2004, Posisi 3 Liga Bank Mandiri

* Th. 2005, Runner-Up Liga Indonesia

* Th. 2006, Liga Indonesia 8 Besar


Liga Super Indonesia : 



* Th. 2009, Posisi 7 Liga Super Indonesia

* Th. 2010, Posisi 5 Liga Super Indonesia


Piala Indonesia : 



* Th. 2005, Runner-Up Copa Indonesia

* Th. 2006, Copa Indonesia Juara 3

* Th. 2007, Copa Indonesia Juara 3


Prestasi Persija (Internasional) 



* Th. 2000, Juara Piala Sultan Brunei Darussalam.


Note : Sampai Waktu Ini, Persija Jakarta Juga Merupakan Satu-Satunya Tim Yang Belum juga Sempat Degradasi Selama Sejarah Pertandingan di Indonesia.